Monthly Archives: Agustus 2008

KH.AHMAD SHOHIBUL WAFA (ABAH ANOM ULAMA SUFI)

Sekitar tahun 2001 Salah seorang tetangga saya adalah pecandu Narkoba yang sangat kronis, Dan sayapun menyarankan kepada pihak keluarga untuk dititipkan Ke Pondok Pesantren Suryalaya untuk melakukan terapi pengobatan Yang di kenal dengan INABAH.inabah adalah istilah yang berasal dari bahasa Arab Annaba-yanibu ( mengembalikan) sehingga Inabah berarti pengembaliaan atau pemulihan , maksudnya adalah proses kembalinya seseorang dari jalan yang menjauhi Alloh kejalan yang mendekatkan ke pada Alloh.Walaupun saya belum pernah kesana dan bertatap langsung dengan pengasuh Pon-pes Suryalaya Namun saya Pernah mendengar keharuman dan karismatik Ulama pengasuh pesantren Suryalaya. dan Alhamdulillah sampai sekarang Tetangga saya telah sembuh dari pecandu narkoba,

Beliau adalah KH.Ahmad Shohibul wafa tajul arifin atau yang lebih di kenal dengan Abah Anom adalah sosok ulama karismatik di Jawa barat. Beliau lahir di Suryalaya tasikmalaya tanggal l 1 januari 1915. Putra dari seorang Ulama pendiri pondok -pesanten Suryalaya KH.Abdulloh Mubarok sejak kecil gemar sekali menuntut ilmu. Beliau belajar dari satu pesantren ke pesantren lainnya di jawa barat. Kecerdasan dan bakat yang dimilki Oleh Abah Anom menjadikan Abah Anom mampu menguasai beberapa fan ilmu seperti Fiqih, tafsir , hadist , tashauf dan lain-lain. Tahun 1956 ayah beliau Kh Mubarok yang menjadi sprit baginya dalam menuntut ilmu telah berpulang kerahmatulloh, Hal ini menjadikan Abah Anom harus sepenuh hati mandiri dan ikhlas dalam memimpin Pondok Pesantren Suryalaya sepeninggalan ayahnya.

Aboh anom disamping menjadi Mursyid Tarekat Qodariyyah Naqsabandiyah, juga seorang ulama thasauf menurut Abah Anom subtansial dari ajaran Thasauf adalah mengembalikan ajaran-ajaran Islam kedalam konteks yang orginal , dan beliau sangat menolak ajaran thasauf yang cendrung mengabaikan syariat, karena menurut Abah Anom ilmu Syariat seperti Fiqih adalah merupakan jalan menuju Ma’rifat. Dalam menafsirkan Zuhud yang ada dalam Ajaran Thasauf abah Anom memiliki pandangan sendiri Menurut Nya Zuhud adalah“(qoshr al amal)/ Pendek angan-angan”tidak banyak menghayal dan berfikir realistis , beliau menolak sebagaian pendapat bahwa Zuhud Harus meninggalkan dunia, berpakian compang camping serta makan ala kadarnya. Menurutnya juga bahwa dengan meninggalkan Dunia akan membawa dampak bagi kemunduran umat Islam . Jadi menurut Abah Anom Bahwa Zuhud adalah seseorang mampu mengendalikan harta kekayaannya untuk digunakan di jalan Alloh semata. Dan mampu mengendalikan segala bentuk keinginanan – keinginanan yang akan menjerumuskan dirinya kedalam kesesatan.

Disamping itu juga Abah Anom menerapkan konsep ajaran thasaufnya dalam penyembuhan dan rehabilitasi penyakit kejiwaan serta pecandu Narkoba, Beliau mendirikan Pondok Inabah. Abah Anom menngunakan nama Inabah menjadi metode bagi program rehabilitasi pecandu narkoba ,remaja-remaja nakal, dan orang-orang yang mengalami gangguan mental .Konsep perawtan korban penyalahgunaan serta kenakalan Remaja adalah mengembalikan orang dari prilaku yang selalu menentang kehendak Alloh /gemar melakukan maksiat kepada prilaku yang sesuai dengan tuntunan agama dan kehendak Alloh

orang jiwanya sedang goncang dan terganggu, sehingga diperlukan metode pemulihan (inabah). Metode inabah baik secara teoretis maupun praktis didasarkan pada Al-Qur’an, hadits dan ijtihad para ulama, Metode ini mencakup :

Mandi Taubat

Menurunnnya Kesadaran anak binaan yang diakibatkan oleh minuman keras maupun Narkoba  sehingga mengakibatkan mabuk dapat dipulihkan dengan mandi dan Wudhu’. Mandi dan whudu’ akan mensicikan tubuh dan jiwa sehingga siap untuk kembali menghada[ Alloh swt. Makna whudu itu sendiri ketika membasuh muka, mensucikan anggota tubuh yang mengekspresikan jiwa , mencuci lengan mensucikan perbuatan, membasuh kepala  mensucikan otak yang mengendalikan seluruh aktifitas tubuh, membasuh kaki dan meucikan setiap langkah perbuatan dalam hidup

SHOLAT

Anak bina yang telah mandi dan disucikan dengan wudhu’ akan di tuntun untuk melaksanakan sholat baik yang fardhu maupun yang sunnah sesuai dengan Metode INABAH. Karena sholat adalah sarana komunikasi seorang Hamba kepada Tuhannya.

DZIKIR

Anak bina yang telah pulih kesadarannya dan telah mengerjakan sholat diajarkah Talqin Dzikir. Tidak hanya dimulut saja tetapi dipancarkan melalui Qolbu sehingga akan semakin menambah kesadaran bahwa dirinya hanyalah Hamba Allloh yang tidak berdaya apa-apa. Lantunan Dzikir yang diresapi kedalam Qolbu akan membuat anak didik selalu ingat akan sang penciptanya Alloh Swt



HIKMAH “ISRO MI’RAJNYA NABI MUHAMMAD SAW”

Seandainya Orang-orang Kafir Qurays yang hidup pada masa Nabi Muhammad Saw masih hidup sampai sekarang, tentu mereka tidak akan heran dan mengolok-olok Nabi Muhammad ketika Rosululoh melakukan “Perjalanan di waktu malam” yang di kenal dengan Isro mi;raj dari Masjidil Haram ke masjidil Aqso hingga langi ke tujuh hanya dalam satu malam saja. Sekarang hanya dalam hitungan Jam kita dapat keliling dunia dengan kecanggihan alat transfortasi yang saat ini dimilki. Ketika Nabi melakukan Isro Mi’raj serta menceritakannya kepada Masyarakat, banyak sekali kegoncangan terhadap para pengikut Nabi, mereka galau dan ragu-ragu akan cerita nabi. Tidak sedikit pengikut nabi kembali Murtad begitu nabi menceritakan kejadian Isra mi’raz tersebut., karena peristiwa tersebut sangat sulit di terima oleh akal, hanya hati yang jernih dan penuh keimanan kepada Alloh dan rosulnya yang bisa menerima certa tersebut seperti Sahabat Abu bakar adalah orang pertama yang percaya akan cerita nabi tentang Isro Mi;raz sehingga Abu bakar di beri gelar Assiddiq .

newuniverse

Peristiwa Isro Mi’raz adalah merupakan kejadian yang sangat luar biasa dan bentuk cinta Alloh kepada Rosululloh. Alloh sendirilah yang memperjalankan Nabi Muhammad SAw.Dalam peristiwa itu, tepatnya 27 Rajab, Nabi Muhammad SAW dapat saja langsung menuju langit dari Makkah, namun Allah tetap membawanya menuju Masjidil Aqsha, pusat peribadahan nabi-nabi sebelumnya. Ini dapat diartikan bahwa b umat Islam tidak memiliki larangan untuk berbuat baik terhadap sesama manusia, sekalipun kepada golongan di luar Islam. Hal ini dikarenakan, Islam menghargai peraturan-peraturan sebelum Islam, seperti halnya khitan yang telah disyariatkan sejak zaman Nabi Ibrahim AS.

Peristiwa Isro Mi’raj terjadi ketika nabi sedang dalam kesedihan , dua orang penyokong nabi dalam melakukan dakwah yaitu Istri nabi siti Khodijah dan pamannya Abu Thalib telah berpulang kerahmatulloh.

Saat itu ketika nabi sedang tertidur di dalam masjidil Haram didatangi oleh malaikat Jibriel dan mikail dibedah dada nabi dan di cuci hatinya dengan air zamzam untuk menghilangkan sifat-sifat buruk setelah itu hati nabi dimasukan dengan iman dan hikmah . Ini adalah merupakan pencucian yang kedua kalinya yang di alami nabi, sebelumnya nabi pernah juga di cuci hatinya dan diisi dengan Rahmah cinta dan kasih sayang sewaktu nabi di asuh oleh Halimatus Sya’diyah. Setelah dilakukan pencucian tersebut Nabi memulai perjalanannya menuju masjidil Aqso (palestina) dengan berkendaraan Burouq ( sejenis kuda yang kecepatannya melebihi cahaya). Sesampainya di Masjidil Aqso Nabi di sambut oleh para nabi dan rosul untuk melaksanakan sholat berjamaah dan Nabi Muhammad Saw sebagai imamnya. Hal ini merupakan suatu bentuk kehormatan bahwa derajat Nabi Muhammad diatas kenabiaan lainnya.

Setelah melampaui Masjidil Aqsha, Nabi langsung diangkat naik sampai ke langit tujuh, lalu Sidratul Muntaha dan Baitul Ma’mur.
Imam Al-Bukhari meriwayatkan, pada saat peristiwa Mi’raj, Nabi Muhammad SAW berada di Baitul Ma’mur, Allah SWT mewajibkannya beserta umat Islam yang dipimpinnya untuk mengerjakan shalat limapuluh kali sehari-semalam. Nabi Muhammad menerima begitu saja dan langsung bergegas.

Namun Nabi Musa AS memperingatkan, bahwa umat Muhammad tidak akan sanggup dengan limapuluh waktu itu. ”Aku telah belajar dari pengalaman umat manusia sebelum kamu. Aku pernah mengurusi Bani Israil yang sangat rumit. Kembalilah kepada Tuhanmu dan mitalah keringanan untuk umatmu.”

lalu Nabi Muhammad kembali menghadap Sang Rabb, meminta keringanan dan ternyata dikabulkan. Tidak lagi lipapuluh waktu, tapi sepuluh waktu saja. Nabi Muhammad pun bergegas. Namun Nabi Musa tetap tidak yakin umat Muhammad mampu melakukan shalat sepuluh waktu itu. ”Mintalah lagi keringanan.” Nabi kembali dan akhirnya memeroleh keringanan, menjadi hanya lima waktu saja.

Sebenarnya Nabi Musa masih berkeberatan dengan lima waktu itu dan menyuruh Nabi Muhammad untuk kembali meminta keringanan. Namun Nabi Muhammad tidak berani. “Aku sudah meminta keringanan kepada Tuhanku, sampai aku malu. Kini aku sudah ridha dan pasrah.”

Nabi Muhammad memang mengakui bahwa pendapat Nabi Musa AS itu benar adanya. Lima kali shalat sehari semalam itu masih memberatkan. Namun lima waktu itu bukankah sudah merupakan bentuk keringanan?!

Peristiwa isra’ dan mi’raj diabadikan oleh Al-Qur’an dalam surah Al-Isra’. Bahkan peristiwa inilah yang mengawali surah ini.sebagaimana Firman Alloh “

Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al-Isra’: 1).

Sudut pandang tentang isra’ dan mi’raj memang bisa beragam; dari kacamata akidah, isra mi’raj mengajarkan tentang kekuasaan Allah swt. yang tidak terhingga.

Dari sudut pandang sains, mengajarkan bagaimana dunia keilmuan masih menyisakan teori ilmiah yang belum terkuak.

Dari sudut pandang Ahlak , peristiwa ini mengajarkan bagaimana adab dan akhlak seorang hamba kepada Khaliqnya. Sungguh beragamnya sudut pandang ini menunjukkan keagungan peristiwa yang hanya sekali terjadi sepanjang kehidupan manusia, dan hanya terjadi kepada seorang insan pilihan, Rasulullah saw.

Sayyid Quthb menafsirkan ayat pertama dari surah Al-Isra ini dengan menyebutkan bahwa ungkapan tasbih yang mengawali peristiwa ini menujukkan keagungannya, karena tasbih diucapkan manakala menyaksikan atau melihat sesuatu yang luar bisa yang hanya mampu dilakukan oleh Dzat yang Maha Kuasa. Sedangkan lafadz “bi’abdihi” adalah untuk mengingatkan status manusia (Rasulullah) dengan anugerahnya yang bisa mencapai maqam tertinggi sidratul muntaha, agar ia tetap sadar akan kedudukanya sebagai manusia meskipun dengan penghargaan dan kedudukan yang tertinggi sekalipun yang tidak akan pernah dicapai oleh seluruh manusia sampai hari kiamat.